Mungkin
atau bahkan pastinya, seorang anak kecil akan menangis bila salah satu anggota
badannya terluka dan mengeluarkan darah selanjutnya akan disusul dengan kepanikan
dari orang tuanya hingga bisa menambah keabsahan bagi si anak untuk lebih
mengeraskan suara tangisan. Sebuah pengantar yang buruk bukan? Dari sebuah
tulisan pengalaman ketika salah satu jari saya teriris oleh pinggiran kaleng
yang tajam.
Ada
sebuah kegembiraan ketika ibu jari saya teriris oleh pinggiran kaleng yang
tajam itu. Sedikit saya ceritakan bagaimana jari saya bisa samapai teriris oleh
pinggiran kaleng walau singkat. Peristiwa itu terjadi pada hari sabtu siang
entah pukul berapa, sebenarnya saya ingin menuliskan pukul satu akan tetapi
saya merasa tidak berlaku jujur dalam sepenggal tulisan ini dan pastinya anda
juga akan menganggap saya mengada – adakan cerita alias menuliskan sebuah pengalaman
palsu atau bahkan bisa menuduh saya sebagai seseorang yang suka dengan rasa
sakit. Tapi itu terserah anda dengan penilaian anda. Baik, kita lanjutkan lagi
ceritanya.
Sabtu
siang tanggal 24 maret 2012, saya baru
saja membeli sebuah ikan kaleng dan memang saya ingin memasak lauk hari itu.
Kebetulan ibu dan ayah saja tidak ada jadi saya hanya sendiri saja dan sudah bisa
dipastikan, tak ada orang yang akan menyiapkan nasi serta lauk jadi untuk
itulah saya harus memotivasi diri saya sendiri tanpa harus menunggu untuk
diberikan motivasi lewat layar kaca oleh seorang motivator yang terkenal dalam
acara berjudul Golden Ways. Jalan keluar untuk mengatasi rasa lapar adalah
dengan menanak nasi sendiri dan membeli ikan kaleng. Pilihan untuk membeli ikan
kaleng menjadi sebuah pilihan satu – satunya sebagai jalan pintas agar tidak
kepasar dan berlama – lama memilih serta bertransaksi baik itu dengan uang dan
rasa percaya ketika membeli ikan mentah. Daripada saya harus melakukan dua
transaksi tersebut yang tentunya bisa
berujung pada saling memperalat maka ada baiknya saya memilih untuk membeli
ikan kaleng saja.
wajan
dengan minyak goreng secukupnya sudah dipanaskan. Bumbu dan bahan sudah
dipersiapkan nah tinggal membuka kaleng disaat membuka kaleng inilah ketika
mengangkat bagian penutup kaleng yang sudah di potong oleh alat yang masih
dalam alat modern itulah ibu jari saya teriris. memang cukup susah juga
menjelaskan secara detil kronologis peristiwanya tapi begitulah yang terjadi.
Saya
bukan tipe manusia yang suka dengan rasa sakit tapi hari itu semuanya menjadi
lain oleh sebuah sayatan di ibu jari. Tentu saja ada rasa perih apalagi dengan
darah yang keluar walaupun tak terlalu banyak, dan sebuah rasa senang tak
terkira. Saya lalu mengingat – ingat dan bertanya kapan terakhir kali saya
mendapat luka dan melihat darah saya
sendiri. Jawabannya adalah saya tidak tahu lagi kapan saya mendapatkan luka
serta melihat darah saya sendiri keluar dari tubuh saya. Lupa mungkin atau sudah terhapus dari memori
otak saya, entahlah. Tapi yang pasti luka sayatan itu kembali memberi sebuah
kesadaran bagi saya bahwa setiap peristiwa sekecil apapun pasti punya pesan dan
kesan bagi manusia itu sendiri.
Tentu
ada sebuah rasa senang ketika mendapat luka dan melihat darah saya sendiri.
Karena saya tidak mengingat lagi kapan pertama kali saya mendapat luka dan
kapan terakhir kali saya mendapat luka. Saya merasa seperti sedang mengalami
bagaimana rasanya jatuh cinta untuk pertama kali. Semua orang pasti punya
cerita yang berbeda – beda ketika merasakan jatuh cinta pada seseorang.
Keinginan untuk bertemu sang pujaan hati begitu menggebu – gebu seakan tak mau
lagi dipisahkan. Setiap saat ingin selalu berdekatan dan melihat wajah kekasih
hati.
Begitupun
dengan luka sayatan yang saya dapatkan, saya seperti ingin menambah lagi
sayatannya supaya sembuhnya luka itu bisa sedikit lama apalagi kalau luka
sayatan itu ditutupi pelester pasti lebih bisa mempertahankan kesenangan saya
ketika mendapatkan luka itu. Sekali lagi, saya bukan tipe manusia yang suka
dengan rasa perih dan sakit karena luka tapi rasa senang dari sebuah luka sayatan
itulah yang membuat saya seperti merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Hampir setiap saat, saya melihat luka sayatan itu. Ketika saya menempelkan
plester pun rasanya sungguh tidak tega walhasil plester yang saya gunakan hanya
bisa bertahan tak lebih dari sepuluh menit saja.
Cukup
susah juga untuk bisa menjelaskan bagaimana rasa senang yang menghinggapi hati
saya. Ya seperti ketika merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Saya hanya
bisa memberi penggambaran – penggambaran lewat tulisan ini saja tanapa pernah
menyentuh inti dari perasaan senang yang saya alami sekarang. Entah apa
tanggapan anda tentang rasa senang dari luka sayatan yang saya dapatkan ini.
Tapi, tenang saja apapun tanggapan anda saya tetap menghargainya.
Saya
tak tahu lagi bagaimana saya harus meneruskan tulisan ini sebab rasa senang
saya begitu mengebu – gebu kekacauan berfikir sedang menimpa saya. Saya ingin
berbagi banyak cerita tentang rasa senang ini karena memang begitu banyak yang
ingin saya ceritakan. Akan tetapi, saya tak bisa menjelaskannya dengan kata –
kata hanya rasa senang saja. Tulisan ini menjadi cukup panjang pun itu karena
saya berusaha memaksakan diri untuk menceritakannya. Dan tentu anda bisa
menilai bagaimana kekacauan berbahasa yang dihasilkan. Anggaplah tulisan ini
sebagai curahan hati dari seseorang yang untuk pertama kalinya mendapat luka
sayatan. Saya mengatakan pertama kali mendapat luka sayatan karena saya tidak
mengetahui lagi kapan sebenarnya saya mendapat luka sayatan pertama kali disepanjang
hidup saya sampai sekarang ini.
Memang
pernah terfikir untuk melukai diri sendiri dan merasakan sensasi dari luka itu
tapi keberanian untuk melakukannya itu yang tidak saya punyai. Sehingga
keinginan untuk melukai diri sendiri harus diurungkan oleh karena ketidakcukupan
keberanian. Sampai – sampai saya harus menyimpan sebilah pisau didalam kamar
saya.
Tidak
ada keinginan untuk bunuh diri, karena bunuh diri, bagi saya adalah sebuah
tindakan buat para pecundang apalagi kalau alasannya hanya karena putus cinta
atau broken home. Meski dilain tempat, bunuh diri dilakukan untuk
mempertahankan harga diri, seperti dalam tradisi samurai di Jepang yang disebut dengan “Harakiri”.
Sungguh,
saya tak tahu lagi, harus menuliskan apa lagi tentang kesenangan ini. Kalaupun
tulisan ini menjadi begitu panjang dan melelahkan untuk dibaca itu semata –
mata karena saya ingin memancing keluar semua rasa senang saya agar inti dari
perasaan senang mendapatkan luka sayatan ini terbuka.
Oh
iya, saya baru ingat. Saya punya sedikit pesan buat anda para pembaca sekalian
yang sudah atau akan mempunyai seorang atau dua orang atau bahkan tiga orang
anak. Bila nanti, anak anda mendapatkan luka untuk pertama kalinya atau untuk
kesekian kalinya apapun penyebab luka tersebut. saya berharap kepanikkan atau
mungkin lebih tepat disebut sebagai kecemasan orang tua jangan lupa untuk
sekedar mencatatnya atau kalau perlu di abadikan lewat selembar foto dan diberi
sedikit keterangan bahwa itu adalah foto ketika anak anda mendapatkan luka dan
menangis karena kesakitan serta melihat darahnya sendiri keluar dari tubuhnya
untuk pertama kali atau untuk kesekian kalinya tapi tetap sebut saja sebagai
pertama kali. Dan untuk anda pembaca sekalian, kapan anda pertama kali
mendapatkan luka dan melihat darah anda sendiri dan kapan terakhir kalinya anda
mendapatkan luka dan melihat darah anda sendiri?
Sekian.
Kaputi Indah, minggu 25 Maret 2012
(sehari setelah mendapat luka sayatan)