Sabtu, 14 April 2012

KENAPA HARUS ADA PANCASILA?


Hari lahir pancasila masih jauh untuk diperingati namun tidak ada salahnya bila kita mulai membahasnya mulai dari sekarang. Pembahasan soal Pancasila, dalam tulisan ini lahir dari sebuah pengalaman ketika saya diundang untuk menjadi fasilitator pada kegiatan Latikan Dasar Kepemimpinan yang bertempat di SMAN 1 Bonepantai.
Judul diatas pun, saya ambil dari sebuah pertanyaan dari seorang siswa bernama Rikil Muhammad. Ada dua pertanyaan yang dikemukakannya saat itu. Pertanyaan pertama adalaah, Kenapa harus ada Pancasila ? dan pertanyaan kedua dari siswa tersebut adalah; dalam sila ketiga Pancasila tertulis kalimat “Persatuan Indonesia” namun kenapa harus muncul GAM ( Gerakan Aceh Merdeka) dan Papua Merdeka ?  saya cukup kaget dan begitulah kenyataannya karena pertanyaannya yang begitu sederhana namun butuh sebuah penjelasan yang jelas. Saya hanya berfikir tentang bagaimana menjelaskan dua pertanyaan itu. Untuk pertanyaan pertama, saya bisa saja mengatakan bahwa Pancasila hadir sebagai sebuah dasar dan jati diri bangsa tapi itu masih terus dipertanyakan walaupun pada akhirnya saya memutuskan untuk menjelaskan soal Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia ini. Selanjutnya pertanyaan kedua yang juga msih berhubungan dengan Pancasila khususnya sila ketiga dan kenyataan yang pernah dan sedang terjadi di Indonesia. Lagi – lagi saya harus berfikir cukup keras untuk mencari jawaban untuk menjelaskan aib negara ini kepada anak – anak SMA dan SMP. Tentu saya juga tidak ingin berkata bahwa Negara ini dalam keadaan baik – baik saja tapi saya harus menmberi penjelasan sederhana se sederhana dan kritisnya pertanyaan siswa SMA ini.

Pertanyaan  selanjutnya datang dari seorang siswa SMP bernama Teguh S. Pratama. Siswa ini bertanya soal “kenapa Di Indonesia masih ada yang miskin dan anak – anak tidak sekolah?”  lagi – lagi pertanyaan yang sederhana namun tidak sesederhana penampilannya. Juga ada pertanyaan lain yang senada dengan pertanyaan dari siswa SMP ini, tentang “Bagaimana cara “menindas” kemiskinan di Indonesia?” awalnya saya terkejut dengan kata “menindas” yang digunakan siswa ini. Sampai saya menemukan sebuah padanan dari kata tersebut yakni “menghilangkan”. Selanjutnya, pertanyaan kembali datang dari seorang siswa SMA yang mempertanyakan keabsahan teori evolusi Darwin tentang manusia berasal dari kera. Sampai pada pertanyaan terakhir yang kembali mempertanyakan soal Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
Kegiatan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) yang diselenggarakan oleh para pengurus osis SMAN 1 Bone Pantai, bekerja sama dengan mahasiswa KKLP Universitas Ichsan Gorontalo pada tanggal 11 Februari 2012 menjadi sebuah kegiatan yang bisa memberi sebuah pelajaran berharga. Apalagi ketika mereka bertanya soal Pancasila dan kemiskinan yang terjadi di negara dan bangsa kita ini.  Tentu saja kita tak bisa terus berkata bahwa Pancasila itu tetap menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia kalau pada kenyataannya konsep Bhineka Tunggal Ika masih saja terabaikan. Kemunculan gerapakan – gerakan yang meminta kemerdekaan tidak pula harus dijelaskan sebagai sebuah gerakan untuk merongrong kekuasan Negara. Melainkan sebuah gerakan atau usaha untuk melakukan kritik terhadap pemerintahan Negara yang terlalu banyak bersembunyi dibalik indahnya kata – kata mengenai kesejahteraan dan kemakmuran lewat masuknya modal yang besar dan pada ahirnya berujung pada kesengsaraan rakyat.
             
Tentu saja, semua pertanyaan – pertanyaan yang terlontar dari mereka juga menjadi pertanyaan kita selama ini tentang kelangsungan negara dan bangsa ini. Iklan dan kampanye politik tentang kesejahteraan serta kemakmuran tentu hanya menjadi alat bagi para elit – elit politik untuk merayu massa agar bisa meraup dukungan suara yang banyak. Semakin banyak dukungan yang diberikan maka semakin terbuka luas kesempatan bagi para leit politik itu untuk duduk menikmati indahnya kekuasaan. Lalu, janji kesejahteraan pun perlahan mulai dilupakan dengan berbagai macam alasan dan segala macam perhitungan – perhitungan matematis soal kesejahteraan dan kemakmuran. Bisa kita lihat sendiri buktinya, bagaimana kemudian orang miskin harus perlu dihitung kemiskinannya untuk selanjutnya diberi label sebagai orang miskin agar bisa mendapat keabsahan bahwa dirinya benar – benar orang miskin.
Lalu, kita masih memungkiri bahwa klas – klas dalam system social kemasyarakatan itu tidak ada?  Tentu terlalu munafik untuk mengatakan bahwa klas – klas social tidak pernah ada. Pemberian keabsahan sebagai orang miskin melalui prosedur birokrasi tentu menjadi sebuah bukti nyata bahwa pemerintah negara ini sedang menciptakan sebuah wilayah baru untuk orang miskin. Penggusuran dan relokasi pun menjadi sah untuk dilakukan melalui berbagai macam alasan. Inilah bukti bahwa pemiskinanlah yang harus kita lawan bukan kemiskinan.
Tentu tidak mengherankan apabila, ada yang bertanya soal keberadaan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa ini. Kita tidak mungkin bisa membangkitkan lagi para founding fathers yang sudah bersepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup bangsa dan Negara ini. Dan kalaupun kita bisa membangkitkan mereka semua, apakah kita harus meminta pertanggungjawaban mereka karena sudah terlalu berani mewakili keseluruhan suara penduduk negara ini untuk menetapkan pancasila sebagai dasar serta falsafah bangsa ini ?
                                                                                                    Kaputi Indah, 30 Maret 2012

 

Senin, 09 April 2012