Lelaki muda dengan postur tubuh agak kurus itu
menaiki mimbar. Dialah yang kali ini menjadi khatib di shalat idul fitri yang
dilaksanakan di masjid dikompleks perumahan Kaputi Indah.
Sebagaimana khutbah pada umumnya, penggambaran
suasana idul fitri menjadi ciri khas pada setiap pembukaan khutbah sesudah mengucapkan
takbir dan membacakan ayat – ayat Al Qur’an. Namun ada yang menjadi sesuatu
yang baru kali ini. Sang khatib tidak menyertakan kalimat – kalimat yang
membuat suasana hati para jamaah mengharu biru bahkan kemudian bisa sampai
berlanjut dengan termehek – mehek. Sampai akhir khutbah pun kalimat – kalimat
pengharu biru suasana tetap tak tersentuh.
Sepertinya sang khatib langsung menohok pada
topik mengenai keutamaan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi orang – orang yang
bertakwa. Suasana hambar tercipta seketika dan saya pun merasakan kehambaran
suasana ini. Sepertinya sang khatib ingin menyampaikan sesuatu yang lebih utama
dari sekedar mengharu birukan suasana. Masalah rasa kehilangan orang – orang
yang dicintai jangan sampai membuat kita terhanyut dan untuk kemudian menyesali kepergiaan mereka
sehingga menjadi lupa bahwa ada tugas yang lebih penting bagi kita selagi kita
belum dipanggil oleh sang penguasa seluruh jagad, ALLAH SWT.
Suara “ehem” layakanya orang yang
tengggorokannya gatal terdengar silih berganti. Memang bisa disangsikan juga
kalau suara itu adalah suara kebosanan karena khutbah namun melihat dari pola
tingkah jamaah yang bisa saya perhatikan, sepertinya ingin mengatakan “hei kami
bosan dengan isi khutbahmu” atau “bisakah kau ganti topik khutbahmu!!” namun
semuanya terganti dengan suara “ehem” saja sebagai sebuah sikap alternatif dari
jamaah mengingat bahwa mereka (termasuk saya tentunya) sedang berada di masjid
tentunya juga karena dalam nuansa hari raya idul fitri.
Cukup lama juga bagi saya untuk mencoba
mencerna maksud sang khatib mengangkat topik
tentang keutamaan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa
pada khutbah shalat Ied kali ini. Rasa bosan dan hambar pun mendera saya. Untuk
mengobati kehambaran perasaan saya sendiri saya terus memaksakan diri untuk
keluar dari perasaan hambar dan bosan agar bisa mendapat sedikit sudut meski
sempit untuk mengambil secuil pengertian dari khutbah idul fitri kali ini. Setiba
di rumah barulah saya bisa mengambil sedikit pengertian, itupun dengan menambah
sedikit energi berfikir saya dan pengertian yang saya dapatkan tentunya bukan
sebuah pengertian dari maksud sang khatib dalam isi khutbahnya tapi sebuah
pengertian yang lain tentang apa yang saya sebut sebagai “kebiasaan umum”.
Ya... selama ini saya sering mendengar dan
juga menyaksikan bagaimana para khatib senantiasa membangun suasana mengharu
biru dengan mengatakan tentang keadaan saudara – saudara kita yang tidak bisa
atau tidak ada lagi bersama kita baik itu bersama menjalankan ibadah puasa di
bulan ramadhan sampai merayakan idul fitri. Sepertinya ini menjadi sebuah
metode jitu untuk membangun antusiasme jamaah untuk serius mendengarkan khutbah
sampai selesai. Apalagi kalau sang khatib mengatakannya dengan suara yang serak
seperti sedang menahan tangis tentu akan menjadi sebuah nilai plus bagi jamaah.
Sudah barang tentu jamaah shalat ied akan ikut merasakan keharuan secara
berjamaah pula bahkan bila perlu ada yang ingin menangis sampai tak sadarkan
diri layaknya gaya para fans fanatik sebuah grup band seperti yang seringkali
kita saksikan.
Dan pada hari ini. Di hari raya idul fitri
1434 H di hadapan jamaah shalat ied. Seorang lelaki muda menjungkirbalikkan
metode jitu tersebut dimana selama ini telah menjadi sebuah “kebiasaan umum”.
Meski dengan suara “ehem” yang bersahut – sahutan dari para jamaah shalat ied. Bahkan
sepulang dari shalat Ied, ayah saya pun mengatakan ketidak puasannya atas
khutbah idul fitri tersebut.
Walaupun sempat merasakan kehambaran itu namun
disatu sisi saya salut dengan sang khatib tersebut, selain berhasil
menjungkirbalikkan “kebiasaan umum”, sang khatib juga telah memberi pengertian tersendiri bagi saya pribadi.
Terima kasih buat sang khatib.
Gorontalo,
8 Agustus 2013
1 Syawal
1434 H