Kamis, 09 Agustus 2012
SEBAB AKU BUKAN SARJANA
Stop... Jangan Cintai mereka karena kau bukan sarjana, begitulah kalimat yang selalu aku katakan kepada diriku sendiri bila aku merasakan aku menyukai seorang perempuan.
Minggu, 15 Juli 2012
PURNAMA TERBELAH
Sungguh aku tak tahu apa yang
terjadi semalam. Sebuah kejadian diluar akal sehatku, bila saat itu pun aku
benar – benar sepenuhnya berada di alam sadarku bukan hasil gambaran alam bawah
sadarku yang tengah bermain atau lebih tepatnya mempermainkan aku.
Sabtu malam tanggal 14 Juli 2012,
Saat itu aku melihat purnama terbelah menjadi dua. Terpisah, benar –
benar terpisah. Sebagian menghilang dan sebagian lagi tetap berada ditempatnya
sebagaimana kedudukan awalnya ketika masih utuh. Sebagian yang menghilang itu
seperti mundur untuk kemudian berlindung pada sebagian lagi yang masih tetap
pada kedukukannya semula sebagaimana saat masih utuh.
Perlahan – lahan, bagian yang satu
itu menghilang berlindung dibalik sebagian yang lain. Padaku tak ada tanya,
hanya mulutku yang ternganga. Padaku tak ada benci, hanya hati yang mulai
mencintai. Entah kepada sebagian yang tetap pada kedudukannya sebelum dia
terbelah atau pada sebagian yang perlahan mundur dan bersembunyi di balik
sebagian yang tetap di kedudukannya itu. Namun yang pasti aku jatuh cinta tapi
aku sungguh tak tahu pada penggalan yang mana.
Bintang – bintang begitu banyak
tapi seperti tak mengacuhkan kejadian itu. Mereka asyik bercanda. Mereka asyik
bernyanyi seakan purnama yang terbelah hanyalah kejadian yang biasa saja bagi
mereka.
Penggalan purnama yang masih tetap
berada pada kedudukannya semula sebagaimana dia belum terpisah, tersenyum
melihat kebingunganku. Sementara sebagian dari dirinya yang kini bersembunyi, mengintip
memandangiku tanpa ekspresi apa – apa.
Sekali lagi aku katakan, aku jatuh
cinta tapi entah pada penggalan yang mana? Aku tak mungkin menyatukan keduanya
karena sedikit pun aku tak punya kekuatan apa – apa agar mereka bisa kembali
bersama, kembali utuh seperti sebelumnya. Penggalan yang tersembunyi kini hanya
seperti bayang – bayang terbalik dari penggalan yang masih tetap berada pada
kedudukannya semula, saat mereka masih utuh.
Dan jujur kukatakan,
Aku Jatuh Cinta……Lagi. 15
Juli 2012
Rabu, 23 Mei 2012
BUNTU
kalau tidak dipaksakan, kita tidak akan pernah bisa melakukannya apalagi mengenai sesuatu yang sudah pernah dilakukan dan ini bisa saja terjadi pada setiap orang dimana ada saatnya seseorang mendapatkan dirinya tidak bisa melakukan sebuah pekerjaan padahal pekerjaan itu sudah dilakoninya disepanjang umurnya.
tak ada pilihan lain untuk terus mencoba dan mencoba melakukannya. toh itu bukan hal yang baru. itu adalah sesuatu yang sudah lama tidak dikerjakan saja tinggal bagaimana kembali membiasakan diri atau dalam kata lain kembali menjalin konektivitas dengan apa yang pernah dikerjakan dan kemudian untuk beberapa saat lamanya ditinggalkan.
sesalan tak berlaku disini. yang ada sekarang tuntutan untuk mengerjakannya. baik atau buruk bukan lagi penilaian namun baaimana kesungguhan untuk menjalaninya. kalau selama ini orang hanya fokus pada hasil akhir itu adalah sesuatu yang tak bisa dijadikan contoh meskipun itu juga bukan sesuatu hal yang bisa dibilang salah.
Sabtu, 14 April 2012
KENAPA HARUS ADA PANCASILA?
Hari lahir pancasila masih jauh untuk diperingati namun tidak ada
salahnya bila kita mulai membahasnya mulai dari sekarang. Pembahasan soal
Pancasila, dalam tulisan ini lahir dari sebuah pengalaman ketika saya diundang
untuk menjadi fasilitator pada kegiatan Latikan Dasar Kepemimpinan yang
bertempat di SMAN 1 Bonepantai.
Judul diatas pun, saya ambil dari sebuah pertanyaan dari seorang
siswa bernama Rikil Muhammad. Ada dua pertanyaan yang dikemukakannya saat itu.
Pertanyaan pertama adalaah, Kenapa harus ada Pancasila ? dan pertanyaan kedua
dari siswa tersebut adalah; dalam sila ketiga Pancasila tertulis kalimat
“Persatuan Indonesia” namun kenapa harus muncul GAM ( Gerakan Aceh Merdeka) dan
Papua Merdeka ? saya cukup kaget dan begitulah
kenyataannya karena pertanyaannya yang begitu sederhana namun butuh sebuah
penjelasan yang jelas. Saya hanya berfikir tentang bagaimana menjelaskan dua
pertanyaan itu. Untuk pertanyaan pertama, saya bisa saja mengatakan bahwa
Pancasila hadir sebagai sebuah dasar dan jati diri bangsa tapi itu masih terus
dipertanyakan walaupun pada akhirnya saya memutuskan untuk menjelaskan soal
Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia ini. Selanjutnya pertanyaan kedua
yang juga msih berhubungan dengan Pancasila khususnya sila ketiga dan kenyataan
yang pernah dan sedang terjadi di Indonesia. Lagi – lagi saya harus berfikir
cukup keras untuk mencari jawaban untuk menjelaskan aib negara ini kepada anak
– anak SMA dan SMP. Tentu saya juga tidak ingin berkata bahwa Negara ini dalam
keadaan baik – baik saja tapi saya harus menmberi penjelasan sederhana se
sederhana dan kritisnya pertanyaan siswa SMA ini.
Pertanyaan selanjutnya
datang dari seorang siswa SMP bernama Teguh S. Pratama. Siswa ini bertanya soal
“kenapa Di Indonesia masih ada yang miskin dan anak – anak tidak sekolah?” lagi – lagi pertanyaan yang sederhana namun
tidak sesederhana penampilannya. Juga ada pertanyaan lain yang senada dengan
pertanyaan dari siswa SMP ini, tentang “Bagaimana cara “menindas” kemiskinan di
Indonesia?” awalnya saya terkejut dengan kata “menindas” yang digunakan siswa
ini. Sampai saya menemukan sebuah padanan dari kata tersebut yakni
“menghilangkan”. Selanjutnya, pertanyaan kembali datang dari seorang siswa SMA
yang mempertanyakan keabsahan teori evolusi Darwin tentang manusia berasal dari
kera. Sampai pada pertanyaan terakhir yang kembali mempertanyakan soal
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
Kegiatan LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) yang diselenggarakan oleh
para pengurus osis SMAN 1 Bone Pantai, bekerja sama dengan mahasiswa KKLP
Universitas Ichsan Gorontalo pada tanggal 11 Februari 2012 menjadi sebuah
kegiatan yang bisa memberi sebuah pelajaran berharga. Apalagi ketika mereka
bertanya soal Pancasila dan kemiskinan yang terjadi di negara dan bangsa kita
ini. Tentu saja kita tak bisa terus
berkata bahwa Pancasila itu tetap menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia kalau
pada kenyataannya konsep Bhineka Tunggal Ika masih saja terabaikan. Kemunculan
gerapakan – gerakan yang meminta kemerdekaan tidak pula harus dijelaskan
sebagai sebuah gerakan untuk merongrong kekuasan Negara. Melainkan sebuah
gerakan atau usaha untuk melakukan kritik terhadap pemerintahan Negara yang
terlalu banyak bersembunyi dibalik indahnya kata – kata mengenai kesejahteraan
dan kemakmuran lewat masuknya modal yang besar dan pada ahirnya berujung pada
kesengsaraan rakyat.
Tentu saja, semua pertanyaan – pertanyaan yang terlontar dari
mereka juga menjadi pertanyaan kita selama ini tentang kelangsungan negara dan
bangsa ini. Iklan dan kampanye politik tentang kesejahteraan serta kemakmuran
tentu hanya menjadi alat bagi para elit – elit politik untuk merayu massa agar
bisa meraup dukungan suara yang banyak. Semakin banyak dukungan yang diberikan
maka semakin terbuka luas kesempatan bagi para leit politik itu untuk duduk
menikmati indahnya kekuasaan. Lalu, janji kesejahteraan pun perlahan mulai
dilupakan dengan berbagai macam alasan dan segala macam perhitungan –
perhitungan matematis soal kesejahteraan dan kemakmuran. Bisa kita lihat
sendiri buktinya, bagaimana kemudian orang miskin harus perlu dihitung
kemiskinannya untuk selanjutnya diberi label sebagai orang miskin agar bisa
mendapat keabsahan bahwa dirinya benar – benar orang miskin.
Lalu, kita masih memungkiri bahwa klas – klas dalam system social
kemasyarakatan itu tidak ada? Tentu
terlalu munafik untuk mengatakan bahwa klas – klas social tidak pernah ada.
Pemberian keabsahan sebagai orang miskin melalui prosedur birokrasi tentu
menjadi sebuah bukti nyata bahwa pemerintah negara ini sedang menciptakan
sebuah wilayah baru untuk orang miskin. Penggusuran dan relokasi pun menjadi
sah untuk dilakukan melalui berbagai macam alasan. Inilah bukti bahwa
pemiskinanlah yang harus kita lawan bukan kemiskinan.
Tentu tidak mengherankan apabila, ada yang bertanya soal keberadaan
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa ini. Kita tidak mungkin bisa
membangkitkan lagi para founding fathers yang sudah bersepakat untuk menjadikan
Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup bangsa dan Negara ini. Dan kalaupun
kita bisa membangkitkan mereka semua, apakah kita harus meminta
pertanggungjawaban mereka karena sudah terlalu berani mewakili keseluruhan
suara penduduk negara ini untuk menetapkan pancasila sebagai dasar serta
falsafah bangsa ini ?
Kaputi Indah, 30 Maret 2012
Senin, 09 April 2012
Rabu, 28 Maret 2012
LUKA SAYATAN PERTAMA
Mungkin
atau bahkan pastinya, seorang anak kecil akan menangis bila salah satu anggota
badannya terluka dan mengeluarkan darah selanjutnya akan disusul dengan kepanikan
dari orang tuanya hingga bisa menambah keabsahan bagi si anak untuk lebih
mengeraskan suara tangisan. Sebuah pengantar yang buruk bukan? Dari sebuah
tulisan pengalaman ketika salah satu jari saya teriris oleh pinggiran kaleng
yang tajam.
Ada
sebuah kegembiraan ketika ibu jari saya teriris oleh pinggiran kaleng yang
tajam itu. Sedikit saya ceritakan bagaimana jari saya bisa samapai teriris oleh
pinggiran kaleng walau singkat. Peristiwa itu terjadi pada hari sabtu siang
entah pukul berapa, sebenarnya saya ingin menuliskan pukul satu akan tetapi
saya merasa tidak berlaku jujur dalam sepenggal tulisan ini dan pastinya anda
juga akan menganggap saya mengada – adakan cerita alias menuliskan sebuah pengalaman
palsu atau bahkan bisa menuduh saya sebagai seseorang yang suka dengan rasa
sakit. Tapi itu terserah anda dengan penilaian anda. Baik, kita lanjutkan lagi
ceritanya.
Sabtu
siang tanggal 24 maret 2012, saya baru
saja membeli sebuah ikan kaleng dan memang saya ingin memasak lauk hari itu.
Kebetulan ibu dan ayah saja tidak ada jadi saya hanya sendiri saja dan sudah bisa
dipastikan, tak ada orang yang akan menyiapkan nasi serta lauk jadi untuk
itulah saya harus memotivasi diri saya sendiri tanpa harus menunggu untuk
diberikan motivasi lewat layar kaca oleh seorang motivator yang terkenal dalam
acara berjudul Golden Ways. Jalan keluar untuk mengatasi rasa lapar adalah
dengan menanak nasi sendiri dan membeli ikan kaleng. Pilihan untuk membeli ikan
kaleng menjadi sebuah pilihan satu – satunya sebagai jalan pintas agar tidak
kepasar dan berlama – lama memilih serta bertransaksi baik itu dengan uang dan
rasa percaya ketika membeli ikan mentah. Daripada saya harus melakukan dua
transaksi tersebut yang tentunya bisa
berujung pada saling memperalat maka ada baiknya saya memilih untuk membeli
ikan kaleng saja.
wajan
dengan minyak goreng secukupnya sudah dipanaskan. Bumbu dan bahan sudah
dipersiapkan nah tinggal membuka kaleng disaat membuka kaleng inilah ketika
mengangkat bagian penutup kaleng yang sudah di potong oleh alat yang masih
dalam alat modern itulah ibu jari saya teriris. memang cukup susah juga
menjelaskan secara detil kronologis peristiwanya tapi begitulah yang terjadi.
Saya
bukan tipe manusia yang suka dengan rasa sakit tapi hari itu semuanya menjadi
lain oleh sebuah sayatan di ibu jari. Tentu saja ada rasa perih apalagi dengan
darah yang keluar walaupun tak terlalu banyak, dan sebuah rasa senang tak
terkira. Saya lalu mengingat – ingat dan bertanya kapan terakhir kali saya
mendapat luka dan melihat darah saya
sendiri. Jawabannya adalah saya tidak tahu lagi kapan saya mendapatkan luka
serta melihat darah saya sendiri keluar dari tubuh saya. Lupa mungkin atau sudah terhapus dari memori
otak saya, entahlah. Tapi yang pasti luka sayatan itu kembali memberi sebuah
kesadaran bagi saya bahwa setiap peristiwa sekecil apapun pasti punya pesan dan
kesan bagi manusia itu sendiri.
Tentu
ada sebuah rasa senang ketika mendapat luka dan melihat darah saya sendiri.
Karena saya tidak mengingat lagi kapan pertama kali saya mendapat luka dan
kapan terakhir kali saya mendapat luka. Saya merasa seperti sedang mengalami
bagaimana rasanya jatuh cinta untuk pertama kali. Semua orang pasti punya
cerita yang berbeda – beda ketika merasakan jatuh cinta pada seseorang.
Keinginan untuk bertemu sang pujaan hati begitu menggebu – gebu seakan tak mau
lagi dipisahkan. Setiap saat ingin selalu berdekatan dan melihat wajah kekasih
hati.
Begitupun
dengan luka sayatan yang saya dapatkan, saya seperti ingin menambah lagi
sayatannya supaya sembuhnya luka itu bisa sedikit lama apalagi kalau luka
sayatan itu ditutupi pelester pasti lebih bisa mempertahankan kesenangan saya
ketika mendapatkan luka itu. Sekali lagi, saya bukan tipe manusia yang suka
dengan rasa perih dan sakit karena luka tapi rasa senang dari sebuah luka sayatan
itulah yang membuat saya seperti merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Hampir setiap saat, saya melihat luka sayatan itu. Ketika saya menempelkan
plester pun rasanya sungguh tidak tega walhasil plester yang saya gunakan hanya
bisa bertahan tak lebih dari sepuluh menit saja.
Cukup
susah juga untuk bisa menjelaskan bagaimana rasa senang yang menghinggapi hati
saya. Ya seperti ketika merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Saya hanya
bisa memberi penggambaran – penggambaran lewat tulisan ini saja tanapa pernah
menyentuh inti dari perasaan senang yang saya alami sekarang. Entah apa
tanggapan anda tentang rasa senang dari luka sayatan yang saya dapatkan ini.
Tapi, tenang saja apapun tanggapan anda saya tetap menghargainya.
Saya
tak tahu lagi bagaimana saya harus meneruskan tulisan ini sebab rasa senang
saya begitu mengebu – gebu kekacauan berfikir sedang menimpa saya. Saya ingin
berbagi banyak cerita tentang rasa senang ini karena memang begitu banyak yang
ingin saya ceritakan. Akan tetapi, saya tak bisa menjelaskannya dengan kata –
kata hanya rasa senang saja. Tulisan ini menjadi cukup panjang pun itu karena
saya berusaha memaksakan diri untuk menceritakannya. Dan tentu anda bisa
menilai bagaimana kekacauan berbahasa yang dihasilkan. Anggaplah tulisan ini
sebagai curahan hati dari seseorang yang untuk pertama kalinya mendapat luka
sayatan. Saya mengatakan pertama kali mendapat luka sayatan karena saya tidak
mengetahui lagi kapan sebenarnya saya mendapat luka sayatan pertama kali disepanjang
hidup saya sampai sekarang ini.
Memang
pernah terfikir untuk melukai diri sendiri dan merasakan sensasi dari luka itu
tapi keberanian untuk melakukannya itu yang tidak saya punyai. Sehingga
keinginan untuk melukai diri sendiri harus diurungkan oleh karena ketidakcukupan
keberanian. Sampai – sampai saya harus menyimpan sebilah pisau didalam kamar
saya.
Tidak
ada keinginan untuk bunuh diri, karena bunuh diri, bagi saya adalah sebuah
tindakan buat para pecundang apalagi kalau alasannya hanya karena putus cinta
atau broken home. Meski dilain tempat, bunuh diri dilakukan untuk
mempertahankan harga diri, seperti dalam tradisi samurai di Jepang yang disebut dengan “Harakiri”.
Sungguh,
saya tak tahu lagi, harus menuliskan apa lagi tentang kesenangan ini. Kalaupun
tulisan ini menjadi begitu panjang dan melelahkan untuk dibaca itu semata –
mata karena saya ingin memancing keluar semua rasa senang saya agar inti dari
perasaan senang mendapatkan luka sayatan ini terbuka.
Oh
iya, saya baru ingat. Saya punya sedikit pesan buat anda para pembaca sekalian
yang sudah atau akan mempunyai seorang atau dua orang atau bahkan tiga orang
anak. Bila nanti, anak anda mendapatkan luka untuk pertama kalinya atau untuk
kesekian kalinya apapun penyebab luka tersebut. saya berharap kepanikkan atau
mungkin lebih tepat disebut sebagai kecemasan orang tua jangan lupa untuk
sekedar mencatatnya atau kalau perlu di abadikan lewat selembar foto dan diberi
sedikit keterangan bahwa itu adalah foto ketika anak anda mendapatkan luka dan
menangis karena kesakitan serta melihat darahnya sendiri keluar dari tubuhnya
untuk pertama kali atau untuk kesekian kalinya tapi tetap sebut saja sebagai
pertama kali. Dan untuk anda pembaca sekalian, kapan anda pertama kali
mendapatkan luka dan melihat darah anda sendiri dan kapan terakhir kalinya anda
mendapatkan luka dan melihat darah anda sendiri?
Sekian.
Kaputi Indah, minggu 25 Maret 2012
(sehari setelah mendapat luka sayatan)
Selasa, 21 Februari 2012
SENADA SEIRAMA
disini
kita mulai lagi
dibawah matahari
dibawah pengaruh jamur tai sapi
kita membakar semua keangkuhan yang tegak berdiri
membunuh mereka yang tak tahu apa arti, sedih
mari sekali lagi
buat mereka ternganga dengan menyimpan benci
sebabproperti mereka sudah kita habisi
Gorontalo, 22 - 02 - 2012
Langganan:
Postingan (Atom)