Senin, 15 Juni 2009

DEMAM NEOLIBERAL

Keputusan SBY memilih calon pendampingnya dari golongan non partai, membuat semua kalangan seperti kebakaran jenggot saja. Jika merunut kebelakang sebelum penyelenggaraan pemilu sampai pada pasca pemilu dan kini memasuki masa penantian untuk digelarnya kembali pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden, gonjang – ganjing penentuan calon pendamping SBY sangat memberatkan Hidayat Nur Wahid sebagai calon kuat untuk menduduki singgasana wakil presiden mendampingi SBY. Namun semua gonjang – ganjing serta harapan koalisi partai itu harus di kubur dalam – dalam ketika SBY mengambil langkah kontroversial dengan memilih Boediono sebagai calon pendamping untuk duduk sebagai wakil presiden.

Kenapa harus Boediono ? inilah yang menjadi pertanyaan berbagai kalangan termasuk partai – partai yang berkoalisi dengan Demokrat. Pertanyaan ini tak akan lengkap terjawab dalam tulisan ini. Jatuhnya pilihan kepada Boediono menimbulkan kontra yang cukup hebat baik dari kalangan partai yang berkoalisi maupun dari mahasiswa. Tuduhan demi tuduhan yang dialamatkan kepada Boediono sebagai agen IMF pengusung paham neoliberalisme begitu sangat kuat mencuat kepermukaan bahkan merembes sampai di tingkatan dunia maya khususnya facebook yang lagi trend saat ini.

Perpisahan pasangan SBY – JK menjadi sebuah awal perseteruan diam – diam antara dua pimpinan partai besar ini yang sejak awal kepemimpinannya sering disoroti sebagai pasangan yang kurang akur, meski pandangan dari para pengamat politik itu pernah dibantah sendiri oleh kedua belah pihak. Dengan kehilangan seorang pakar ekonomi inilah SBY saya kira merasa perlu untuk mencari pasangan lain dengan latar belakang seorang ekonom sebagai penyeimbang dirinya yang adalah seorang politisi dan juga sebagai penasehat bagi dirinya dalam urusan – urusan ekonomi dalam negeri. Saya kemudian melihat kedua pasangan SBY - JK ini sebagai sebuah reinkarnasi pasangan Soekarno – Hatta yang pertama dan dimana reinkarnasi keduanya adalah pasangan SBY – Boediono ( itupun kalau terpilih nantinya ).

Kembali ke soal polemik penunjukkan Boediono sebagai calon wakil presiden yang menuai kontra dari kalangan partai yang berkoalisi bersama demokrat maupun dari mahasiswa. Jika melihat keadaan ini justru ini sangat berat sebelah dalam artian bahwa pasangan Mega – Prabowo dan juga pasangan JK – Wiranto seakan mendapat pembelaan secara tidak langsung padahal baik Prabowo maupun Wiranto bukanlah orang – orang yang bersih jika para pemrotes itu mau sedikit saja membuka mata mereka. Prabowo dengan kasus penculikan aktivis tahun 1998 harus di hapus dari ingatan semua orang apalagi para orang tua yang anaknya di culik atau para organisasi – organisasi mahasiswa maupun LSM yang selalu mengkoar – koarkan pengusutan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia harus diam saja.

Saya bukan hendak membela salah satu pihak dari ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden ini akan tetapi saya ingin sekedar saja mengajak kita untuk membuka pikiran bahwa dengan usaha – usaha penolakan terhadap Boediono sebagai calon wapres pendamping SBY dengan mengatakan bahwa Boediono sebagai agen IMF penganut paham neoliberalisme. Padahal para calon wapres lainnya pun juga mempunyai track record yang tidak kalah hitamnya apabila dengan menjadi seorang penganut paham neoliberalisme sebagai seseorang dari kalangan hitam. Apalagi sebuah anekdot yang dilontarkan oleh salah satu partai untuk menjatuhkan pamor pasangan SBY – Boediono dengan mengangkat isu jilbab. Sungguh sangat memalukan sekali tapi lagi – lagi kita harus kembali pada kata ya..beginilah politik. Meski mengandung kelucuan tapi inilah keadaan politik kita.

Protes berat sebelah yang berujung pada sebuah anekdot isu jilbab menjadi penanda sebuah ketidakmampuan mereka dalam mengatasi manuver politik SBY. Tuduhan – tuduhan sebagai antek – antek IMF pengusung paham neoliberalisme yang dialamatkan tanpa alasan jelas kepada Boediono pun menjadi sebuah angin lalu saja dan malah dari sini saya menaruh sebuah kecurigaan penuh bisa saja para pendemo itu dalam melakukan aksinya adalah hasil suruhan dari para senior – seniornya saja yang terlibat dalam partai di luar partai yang berkoalisi dengan Demokrat maupun pihak yang tergabung dalam koalisi bersama SBY dengan demokratnya. Ini baru kecurigaan saya saja mudah – mudahan itu tidak sepenuhnya benar.

Saya kira, ada beberapa hal yang bisa saya masukkan sebagai bahan pertimbangan sebelum koar – koar anti neoliberalisme dilanjutkan; Yang pertama, apakah anda – anda yang mengkobarkan semangat anti neoliberalisme tahu dan paham bagaimana sejarah negara ini terlilit hutang !? Yang kedua, apakah kita sekarang ini benar - benar bebas dari cengkeraman neoliberalisme !? Yang ketiga, apakah ada jaminan kita terbebas dari jeratan neoliberalisme seandainya saja SBY tidak memilih Boediono sebagai wapresnya !? yang keempat, apakah hanya karena Boediono selaku tertuduh sebagai agen IMF ( kalaupun benar ) lantas kita melupakan keterlibatan Prabowo pada kasus Mei 1998 dan Wiranto di Timor Leste !? Yang kelima, bukankah dari ketiga calon presiden dan wapres ini menunjukkan sebuah pola hubungan sipil militer dan juga menjadi awal kebangkitan kekuasaan militer di negara ini setelah SBY dinilai gagal oleh para petinggi – petinggi militer lainnya dimana adalah senior – seniornya !?
Silahkan anda pertanyakan itu kepada diri sendiri atau menjadi bahan diskusi di sarang – sarang organisasi anda masing - masing, sebagai pengkoar semangat anti neoliberalisme yang menuduh Boediono sebagai agen IMF padahal masih ada Sri Mulyani yang juga pernah menjadi wakil IMF untuk Indonesia untuk kemudian di masa pemerintahan SBY – JK sebelumnya menjabat sebagai menteri di kabinet SBY – JK, apakah ini hanya sekedar ajang permainan para aktivis baik itu dari kalangan partai atau organisasi mahasiswa, oleh sebab sudah kehilangan taringnya untuk memaksa menggigit daging tanpa mengedepankan akal. Sehingga dalam merumuskan isu pun terlalu sembrono dan asal – asalan saja. Pilihan ada di tangan anda sekalian tetapi yang harus di ingat, kita semua kiranya harus mengakhiri bentuk berpikir yang selalu menyatakan; memilih yang baik diantara yang buruk. Selamat menentukan pilihan semoga pada harinya nanti keadaan akan tetap aman dan terkendali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar